Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 8:28-34
Matthew Henry: Mat 8:28-34 - Setan-setan Diusir dari Dua Orang Setan-setan Diusir dari Dua Orang (8:28-34)
Di sini diceritakan tentang Kristus yang mengusir setan-setan dari dua orang yang kerasukan. Yang ingin...
Setan-setan Diusir dari Dua Orang (8:28-34)
- Di sini diceritakan tentang Kristus yang mengusir setan-setan dari dua orang yang kerasukan. Yang ingin diperlihatkan dalam pasal ini adalah kuasa ilahi Kristus, melalui kejadian-kejadian yang memperlihatkan kuasa-Nya atas penyakit tubuh, yang bagi kita tidak tertahankan, atas angin dan gelombang, yang bagi kita lebih tidak terkendalikan lagi, dan terakhir atas setan-setan, yang bagi kita paling menakutkan dari semuanya. Kristus tidak hanya mempunyai kuasa di sorga dan di bumi, dan di segala tempat di bawah bumi, tetapi Ia juga memegang kunci neraka. Pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dibuat tunduk kepada-Nya, bahkan sewaktu Ia masih dalam keadaan hina, yang sungguh menggambarkan apa yang akan terjadi pada waktu Ia masuk ke dalam kemuliaan-Nya (Ef. 1:21); Ia telah melucuti mereka (Kol. 2:15). Secara umum terlihat (ay. 16) bahwa Kristus mengusir roh-roh jahat dengan sepatah kata. Dalam perikop ini kita melihat salah satu kejadian khusus mengenai hal ini, dengan beberapa keadaan yang lebih menakjubkan daripada yang terdapat dalam kisah-kisah lainnya. Mujizat ini diadakan di daerah orang Gadara; sebagian orang berpikir bahwa orang Gadara ini adalah sisa-sisa keturunan orang Girgasi pada zaman dulu (Ul. 7:1).
- Walaupun Kristus diutus terutama kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel, Ia kadang-kadang menembus batas, seperti yang dilakukan-Nya di sini, untuk memperoleh kemenangan atas Iblis, dan peristiwa ini memberikan sepotong gambaran mengenai penaklukan-Nya atas legion-legion Iblis di dunia orang bukan-Yahudi.
- Sekarang kita lihat hal lain lagi. Di samping gambaran umum yang diberikan kepada kita di sini mengenai kuasa Kristus atas Iblis dan rancangan-Nya untuk melucuti dan merampas senjatanya, di sini juga kita terutama dapat mengetahui cara dan tingkah laku roh-roh jahat dalam memusuhi manusia. Perhatikanlah, mengenai legion setan ini, pekerjaan apa yang mereka lakukan di tempat mereka berada, dan ke mana mereka pergi.
- I. Pekerjaan yang mereka lakukan di tempat mereka berada; pekerjaan setan-setan itu dapat dilihat melalui keadaan menyedihkan yang dialami kedua orang yang mereka rasuki. Sebagian orang berpikir bahwa kedua orang ini adalah sepasang suami-istri, karena penulis-penulis Injil lain hanya berbicara mengenai satu orang saja.
- . Mereka tinggal di pekuburan; dari sana mereka datang untuk menemui Kristus. Iblis, karena mempunyai kuasa atas maut, bukan sebagai hakim melainkan sebagai algojo, senang berdiam di antara piala-piala kemenangannya, yakni mayat-mayat manusia; tetapi di sana, di tempat ia mengira ia sudah memperoleh kemenangan dan kejayaan terbesar, seperti yang juga dilakukannya nanti di bukit Golgota, tempat tengkorak, Kristus justru menaklukkan dan menundukkannya. Berdiam di pekuburan membuat kedua orang malang yang kerasukan ini bertambah menderita dan gila, dan dengan demikian cengkeraman Iblis atas mereka semakin kuat melalui penyakit tubuh mereka, dan juga membuat mereka semakin berbahaya bagi orang lain, yang biasanya suka terkejut dengan ribut-ribut apa saja yang terjadi di sekitar pekuburan.
- . Mereka sangat ganas. Mereka bukan hanya tidak bisa dikuasai, melainkan juga berbahaya bagi orang lain dan menakutkan banyak orang, karena sudah melukai beberapa di antaranya; sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu. Perhatikanlah, Iblis membawa kebencian kepada umat manusia, dan memperlihatkan kebenciannya itu dengan membuat manusia menaruh dendam dan membenci satu sama lain. Saling bermusuhan, dan bukan seharusnya saling mengasihi dan membantu, merupakan akibat dan bukti permusuhan Iblis atas seluruh umat manusia. Iblis membuat manusia menjadi serigala, beruang, dan setan bagi sesamanya, homo homini lupus -- manusia adalah serigala bagi sesamanya. Apabila Iblis berkuasa atas seseorang secara rohani, melalui nafsu kedagingan yang berperang di dalam dirinya, yaitu kesombongan, iri hati, kebencian, dan dendam, maka nafsu-nafsu ini membuat orang bersangkutan menjadi tidak layak berada di tengah-tengah masyarakat, ia tidak berharga bagi masyarakatnya, dan menjadi musuh yang mengacaukan ketenangan masyarakat, seperti kedua orang malang yang kerasukan ini.
- . Setan-setan itu menentang Yesus Kristus dan mengaku tidak mempunyai urusan apa-apa dengan-Nya (ay. 29). Ini merupakan contoh kuasa Allah atas setan-setan bahwa kendati dengan kejahatan yang coba mereka perbuat melalui dan kepada kedua orang yang malang ini, mereka tetap tidak dapat mencegah kedua orang ini menemui Yesus Kristus, yang menghendaki menemui mereka. Tangan-Nya yang maha-kuatlah yang menyeret roh-roh jahat ini ke hadapan-Nya, yang mereka takuti lebih dari apa pun karena rantai-Nya dapat membelenggu mereka, sementara rantai buatan manusia tidak dapat mengikat mereka. Tetapi ketika dibawa menghadap Dia, mereka menentang kuasa-Nya dan menjadi murka, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus Anak Allah?" Dalam perkataan ini terdapat:
- (1) Satu perkataan yang diucapkan setan seperti orang kudus; ia menyapa Kristus sebagai Yesus Anak Allah. Ini suatu perkataan yang baik, dan karena diucapkan pada saat itu, ketika kebenaran ini masih sedang dibuktikan, perkataan ini sungguhlah hebat, yang tidak dinyatakan oleh darah dan daging kepada Petrus sekalipun (16:17). Walaupun setan-setan tahu dan percaya, serta mengakui bahwa Kristus adalah Anak Allah, namun mereka tetap saja roh jahat, dan ini membuat permusuhan mereka dengan Kristus semakin bertambah jahat, dan sebenarnya malah mendatangkan siksaan yang sempurna bagi diri mereka sendiri; bagaimana tidak, mereka melawan Dia yang mereka ketahui sebagai Anak Allah! Perhatikanlah, bukan pengetahuan melainkan kasihlah yang membedakan orang kudus dari setan. Orang yang tahu siapa Kristus namun tetap membenci-Nya dan tidak mau tunduk kepada-Nya dan kepada hukum-Nya adalah anak sulung neraka. Kita mungkin masih ingat, belum lama berselang Iblis meragu-ragukan apakah Kristus Anak Allah atau bukan, dan membujuk Kristus agar Ia mempertanyakannya juga (4:3), tetapi sekarang ia langsung mengakuinya. Perhatikanlah, ketika dicobai, anak-anak Allah bisa juga dibuat gelisah dengan pertanyaan Iblis mengenai hubungan mereka dengan Allah sebagai Bapa. Namun, pada akhirnya Roh yang mengangkat mereka menjadi anak Allah akan membuat semuanya menjadi jelas sepenuh-penuhnya sampai mereka menjadi yakin dan mengalahkan pertentangan Iblis itu.
- (2) Dua perkataan yang diucapkan setan sebagaimana yang biasanya dikatakan oleh setan sendiri.
- [1] Perkataan yang menentang; "Apa urusan-Mu dengan kami?" Nah, kita lihat,
- pertama, benar bahwa setan-setan itu tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Kristus sebagai Juruselamat, karena Ia tidak mengambil rupa malaikat yang jatuh, dan juga tidak mengasihani mereka (Ibr. 2:16); mereka tidak mempunyai hubungan apa pun dengan-Nya, mereka juga tidak memperoleh keuntungan atau berharap mendapatkannya dari-Nya. Oh, alangkah dalamnya misteri kasih ilahi ini, manusia yang jatuh sungguh ada kepentingannya dengan Kristus, tetapi malaikat-malaikat yang jatuh tidak mempunyai urusan apa-apa dengan-Nya! Iblis pasti sudah merasa tersiksa sebelum waktunya, karena ia dipaksa mengakui keunggulan yang dimiliki Kristus namun tidak mempunyai urusan apa-apa dengan-Nya. Perhatikanlah, kita bisa saja memanggil Yesus Anak Allah, namun tidak mempunyai urusan apa-apa dengan-Nya.
- Kedua, benar juga bahwa setan-setan itu tidak ingin mempunyai urusan apa-apa dengan Kristus sebagai Penguasa; mereka membenci-Nya, mereka begitu memusuhi-Nya, mereka berdiri melawan-Nya, dan secara terbuka memberontak melawan kerajaan dan martabat-Nya. Lihatlah bahasa siapa yang dipakai setan-setan ini, bahwa mereka tidak mau mempunyai urusan apa-apa dengan Injil Kristus, dengan hukum serta peraturan-Nya, yang membuang beban-Nya, yang memutuskan belenggu-Nya, dan yang tidak mau Dia menjadi Raja atas mereka, yang berkata kepada Yesus Yang Mahakuasa, "Pergilah dari kami!" Iblislah yang menjadi bapa mereka dan mereka ingin melakukan keinginan-keinginannya, dan berbicara dengan menggunakan bahasanya.
- Ketiga, namun tidaklah benar bahwa setan-setan itu tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Kristus sebagai Hakim, karena mereka sungguh mempunyai urusan dengan-Nya dan mereka tahu itu. Setan-setan ini tidak dapat berkata, "Apa urusan-Mu dengan kami?" Mereka tidak dapat menyangkal bahwa Anak Allah adalah Hakim atas setan-setan. Oleh penghakiman-Nya mereka akan dibelenggu dalam rantai kegelapan, yang begitu ingin mereka lepaskan, dan bebas dari beban pikiran ini.
- [2] Suatu perkataan yang mengungkapkan ketakutan dan cemoohan, "Adakah Engkau kemari untuk menyiksa kami -- untuk mengusir kami dari orang-orang ini, dan untuk mencegah kami menyakiti mereka?" Perhatikanlah, diusir dan diikat sehingga tidak bisa berbuat jahat merupakan siksaan bagi setan, yang kesenangan dan kepuasannya datang dari penderitaan dan kehancuran manusia. Jika demikian, bukankah seharusnya kita menganggap perbuatan baik itu sebagai berkat dan memandang apa saja yang menghalangi kita untuk berbuat baik, entah itu berasal dari dalam ataupun dari luar diri kita, sebagai siksaan?
- Begitulah yang dikatakan setan-setan itu; jadi, haruskah kami disiksa oleh-Mu sebelum waktunya. Perhatikanlah,
- pertama, pada suatu saat nanti, setan-setan akan lebih tersiksa daripada sekarang, dan mereka tahu akan hal ini. Penghakiman agung pada hari akhir adalah waktu yang ditetapkan untuk penyiksaan mereka seutuhnya, di tempat pembakaran yang sudah diatur dari dulu untuk raja, untuk iblis dan malaikat-malaikatnya (Yes. 30:33; Mat. 25:41); mereka disimpan sampai hari penghakiman (2Ptr. 2:4). Roh-roh jahat yang sebagian besar merupakan tawanan, dan atas seizin Allah berjalan mengelilingi dan menjelajahi bumi (Ayb. 1:7), sekarang pun sudah dibelenggu; sampai di sini saja puncak kekuasaan mereka, tidak bisa lebih jauh lagi. Mereka nanti akan ditawan erat-erat; sekarang mereka mempunyai sedikit kelonggaran, tetapi nanti mereka akan disiksa tanpa henti. Hal ini mereka terima begitu saja, dan mereka tidak meminta supaya jangan disiksa (rasa putus asa karena tidak bisa ditolong lagi merupakan penderitaan yang sedang mereka alami); yang bisa mereka mohon hanyalah supaya mereka tidak disiksa sebelum waktunya; karena walaupun mereka tidak tahu kapan hari penghakiman itu akan tiba, mereka tahu sekarang pasti belum saatnya.
- Kedua, setan-setan merasa ketakutan untuk memikirkan hari penghakiman dan pembalasan yang panas membara itu setiap kali Kristus menghampiri mereka, dan setiap kali Ia menaklukkan kuasa dan kemarahan mereka. Hanya dengan melihat Kristus dan mendengar perintah-Nya untuk keluar dari orang itu, mereka merasa begitu gemetar ketakutan akan siksaan mereka. Begitulah, setan-setan percaya dan gemetar (Yak. 2:19). Permusuhan mereka sendiri dengan Allah dan manusialah yang membawa mereka ke dalam tempat penyiksaan, dan yang menyiksa mereka sebelum waktunya. Orang-orang berdosa yang sudah tidak mempunyai harapan lagi, yang penghukumannya sudah dimeteraikan, tidak bisa mengeraskan hati mereka dalam menghadapi perasaan takut yang datang dengan tiba-tiba, ketika mereka melihat hari Tuhan yang mendekat.
- II. Sekarang mari kita lihat pekerjaan apa yang mereka perbuat ke tempat yang mereka datangi, setelah mereka diusir keluar dari orang-orang yang kerasukan dan pindah ke dalam kawanan babi yang tidak jauh dari mereka (ay. 30). Meskipun tinggal di seberang Sungai Yordan, orang Gadara ini adalah orang Yahudi. Jadi apa urusan mereka dengan babi, yang menurut hukum Taurat haram dan tidak boleh dimakan atau pun disentuh? Mungkin, karena mereka tinggal di daerah pinggiran kota, ada banyak orang bukan-Yahudi yang tinggal bersama mereka dan yang merupakan pemilik kawanan babi ini. Atau orang-orang Yahudi di situ memeliharanya untuk dijual, atau ditukar, kepada orang-orang Romawi yang banyak berhubungan dengan mereka pada saat itu dan yang sangat suka daging babi. Sekarang perhatikanlah:
- . Bagaimana setan-setan itu menyerang kawanan babi ini. Meskipun babi-babi itu tidak jauh dari situ, dan kita berpikir tidak akan ada bahaya yang menimpa mereka, namun setan-setan itu menjadikan mereka sasaran untuk berbuat jahat: karena setan berkeliling mencari yang dapat ditelannya, mencari kesempatan, dan tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mendapatkannya. Nah dalam hal ini:
- (1) Mereka meminta izin untuk pindah ke dalam kawanan babi itu (ay. 31); mereka meminta kepada-Nya, dengan sungguh-sungguh, "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." Dengan demikian:
- [1] Mereka mengetahui kecenderungan hati mereka untuk berbuat jahat, dan merasa begitu senang melakukannya. Oleh sebab itu, orang yang kantuknya lenyap bila mereka tidak membuat orang lain tersandung (Ams. 4:16) adalah orang yang menyerupai anak-anak setan. "Biarlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu, ke mana saja asalkan jangan ke tempat penyiksaan, ke mana saja untuk berbuat jahat." Jika mereka tidak diizinkan untuk menyakiti tubuh manusia, mereka akan menyakiti barang-barang kepunyaan manusia, dan dengan berbuat demikian mereka juga berniat menyakiti jiwa manusia, yaitu dengan membuat Kristus terasa menjadi beban bagi mereka: muslihat yang jahat seperti itu juga dibuat oleh si ular tua yang licik!
- [2] Mereka mengakui kuasa Kristus atas mereka; bahwa tanpa izin-Nya, mereka tidak dapat melukai bahkan seekor babi sekalipun. Ini membuat umat Tuhan tenang karena meskipun kuasa Iblis begitu hebat, namun kuasa itu terbatas dan tidak sepadan dengan kejahatan yang boleh ia lakukan (apa jadinya kita seandainya kuasa dan kejahatan Iblis sama-sama boleh digunakan dengan bebas?), terutama bahwa semuanya itu berada di bawah pengawasan Yesus Tuhan kita, Sahabat dan Juruselamat kita yang paling setia dan berkuasa. Iblis dan sekutu-sekutunya tidak dapat berbuat lebih jauh melampaui apa yang diizinkan bagi mereka; di sinilah gelombang-gelombang mereka yang congkak akan dihentikan.
- (2) Mereka mendapat izin. Kristus berkata kepada mereka, "Pergilah!" (ay. 32), seperti yang dikatakan Allah kepada Iblis ketika ia meminta izin untuk menyakiti Ayub. Perhatikanlah, sering kali untuk tujuan yang bijak dan kudus, Allah mengizinkan Iblis melampiaskan kemarahannya dan berbuat jahat sesukanya, karena bahkan dengan pekerjaan Iblis itu kehendak Allah menjadi terlaksana. Setan-setan itu bukan hanya tawanan Kristus, melainkan juga budak-Nya; kuasa-Nya atas mereka tampak dalam kejahatan yang boleh mereka perbuat seperti juga dalam halangan bagi mereka untuk berbuat lebih jauh lagi. Dengan demikian, bahkan kemarahan mereka merupakan pujian bagi Kristus, dan kemarahan mereka yang lain yang masih tersisa akan Dia kekang. Kristus mengizinkannya:
- [1] Untuk meyakinkan orang Saduki yang pada saat itu berada di antara orang-orang Yahudi lainnya, yang menyangkal dan tidak mau mengakui bahwa makhluk semacam roh itu ada, karena mereka tidak bisa melihatnya. Nah, dengan demikian Kristus sebisa mungkin ingin memperlihatkan secara kasat mata keberadaan, jumlah, kuasa, dan kebencian roh-roh jahat, sehingga jika dengan cara ini pun orang Saduki masih tetap tidak percaya, maka sesungguhnya mereka tidak mempunyai dalih lagi atas ketidakpercayaan mereka itu. Kita tidak melihat angin, tetapi tidak masuk akal jika kita menyangkal keberadaannya, sementara kita melihat bahkan pepohonan dan rumah-rumah pun ditumbangkan olehnya.
- [2] Sebagai hukuman bagi orang Gadara, karena mungkin walaupun mereka orang Yahudi, mereka seenaknya saja makan daging babi dan melanggar hukum Taurat: bagaimanapun juga, dengan memelihara babi, mereka mengundang kejahatan atas diri mereka sendiri, dan Kristus ingin menunjukkan bahwa mereka baru saja dibebaskan dari gerombolan makhluk yang menyeramkan dari neraka, dan seandainya Ia mengizinkannya, makhluk ini sudah mencekik mereka, seperti yang sudah dilakukan terhadap babi-babi mereka. Setan-setan itu, dengan mematuhi perintah Kristus, keluar dari orang-orang yang kerasukan, dan setelahnya, karena sudah diberi izin, masuk ke dalam babi-babi itu. Lihatlah bagaimana Iblis merupakan musuh kita yang begitu giat dan begitu cepat dalam bertindak; ia tidak mau kehilangan waktu sedikit pun untuk berbuat jahat. Perhatikanlah:
- . Ke mana setan-setan itu membawa kawanan babi ini, setelah mereka merasukinya. Setan-setan itu tidak diminta untuk membuat kawanan babi itu tetap hidup, maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau, dan mati di dalam air, kira-kira dua ribu jumlahnya (Mrk. 5:13). Perhatikanlah, Iblis merasuki untuk menghancurkan. Karena itu Iblis menyuruh orang cepat-cepat berbuat dosa dan melakukan apa yang hendak mereka hindari, dan yang mereka ketahui akan menjadi aib dan dukacita bagi mereka sendiri: betapa kuatnya Iblis bekerja di dalam orang-orang durhaka, sehingga dengan nafsu duniawi yang bodoh dan menyakitkan mereka melakukan perbuatan yang bukan hanya menentang agama tetapi juga akal sehat dan kepentingan mereka sendiri di dunia ini! Begitu juga halnya, Iblis membuat kawanan babi itu langsung binasa, karena ia adalah Apolion dan Abadon, si pembinasa keji. Manusia yang mengikuti nafsu Iblis akan tenggelam ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Kehendak Iblis adalah untuk menelan dan memangsa; karena itu, sungguh menyedihkan keadaan orang-orang yang menjadi tawanan Iblis yang mengikat mereka pada kehendaknya. Mereka ini akan dibuat terjun ke laut yang lebih buruk daripada laut ini, yaitu lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang. Perhatikanlah:
- . Apa akibatnya ini bagi para pemilik kawanan babi itu. Kejadian ini langsung diceritakan oleh para gembala babi-babi itu, yang tampaknya lebih peduli dengan masalah kehilangan babi daripada masalah lainnya, karena mereka pergi untuk menceritakan terlebih dulu bahwa babi-babi mereka sudah hilang dan baru kemudian memberitahukan apa yang terjadi dengan orang-orang yang kerasukan setan itu (ay. 33). Kristus tidak pergi ke daerah perkotaan, namun kabar bahwa Ia sedang berada di daerah itu sampai kepada mereka yang ada di kota, dan dengan ini Ia ingin mengetahui apa yang dirasakan orang-orang di kota itu dan apa pengaruh kejadian itu terhadap mereka, lalu setelahnya Ia akan bertindak sesuai dengan apa yang mereka inginkan:
- (1) Karena ingin tahu, mereka langsung menemui Yesus. Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus, supaya mereka bisa bercerita kepada orang lain bahwa mereka sudah melihat orang yang melakukan pekerjaan yang begitu menakjubkan itu. Jadi, banyak orang yang keluar untuk mendapatkan Kristus dengan mengaku ingin bersama-Nya, padahal mereka tidak benar-benar mengasihi Dia atau ingin mengenal-Nya.
- (2) Karena tamak, mereka bersedia ditinggalkan oleh-Nya. Bukannya mengundang Kristus untuk datang ke kota mereka atau membawa orang-orang sakit kepada-Nya untuk disembuhkan, mereka malah ingin Ia meninggalkan daerah mereka, seolah-olah mereka meminjam kata-kata setan, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus Anak Allah?" Sekarang setan-setan itu mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan menenggelamkan kawanan babi itu; merekalah yang menenggelamkannya, tetapi mereka membujuk orang untuk percaya bahwa Kristuslah yang melakukannya, dan dengan demikian membuat orang-orang berprasangka buruk terhadap-Nya. Iblis dulu menggoda orangtua kita yang pertama dengan membuat mereka berpikir jahat tentang Allah, dan kini ia menjauhkan orang Gadara dari Kristus dengan menimbulkan pikiran bahwa Ia datang ke daerah mereka untuk memusnahkan ternak mereka, dan bahwa Ia akan membawa lebih banyak kejahatan daripada kebaikan; karena walaupun Ia menyembuhkan dua orang yang kerasukan, Ia menenggelamkan dua ribu babi. Dengan demikian, Iblis menabur benih yang buruk di ladang Allah, berbuat kejahatan di dalam gereja Kristen, lalu menyalahkan Kekristenan dan menyulut orang banyak untuk melawannya. Mereka memohon agar Dia pergi, kalau tidak, seperti Musa di Mesir, Ia akan terus mendatangkan tulah-tulah berikutnya. Perhatikanlah, ada banyak orang yang lebih memilih babi daripada Juruselamat mereka, dan dengan demikian tidak layak menjadi pengikut Kristus dan menerima keselamatan dari-Nya. Mereka ingin Kristus meninggalkan hati mereka dan tidak mau mengizinkan perkataan-Nya untuk tinggal di dalam diri mereka, karena Dia dan perkataan-Nya akan menghancurkan nafsu-nafsu binatang mereka -- babi-babi yang harus diberi makan dan yang untuknya mereka rela memberikan diri mereka sendiri. Kristus dengan adil akan meninggalkan mereka yang merasa muak bersama-Nya dan akan berkata kepada mereka setelahnya, "Enyahlah, hai kamu orang-orang terkutuk," yaitu mereka yang sekarang berkata kepada Yang Mahakuasa, "Enyahlah dari kami!"
SH: Mat 8:23-34 - Tuhan yang berdaulat (Kamis, 21 Januari 2010) Tuhan yang berdaulat
Belajar mengenal Yesus tidak cukup hanya dengan mempelajari tentang
diri-Nya, ajaran-Nya, dan perbuatan-Nya, tapi juga men...
Tuhan yang berdaulat
Belajar mengenal Yesus tidak cukup hanya dengan mempelajari tentang diri-Nya, ajaran-Nya, dan perbuatan-Nya, tapi juga mengalami-Nya dalam hidup. Itu sebabnya Yesus mengajak para murid berpetualang bersama Dia, agar cara dan gaya hidup-Nya nyata di depan mereka, sekaligus kuasa dan otoritas-Nya benar-benar mereka alami.
Peristiwa di tengah danau Galilea adalah peristiwa penting buat para murid. Mereka belajar menyadari bahwa Yesus berdaulat atas alam semesta. Dialah Tuhan atas seluruh ciptaan-Nya. Mereka belajar mengalami otoritas dan kuasa-Nya atas hidup mereka. Itu sebabnya, Yesus menegur mereka sebagai "kurang percaya" (ayat 26). Selama ini, mereka melihat karya kuasa Yesus dialami orang-orang di sekeliling mereka. Dalam peristiwa ini mereka ada di perahu yang terhempas ombak tanpa daya dan mengalami kuasa-Nya menyelamatkan mereka!
Peristiwa di Gadara membuka mata rohani mereka bahwa Yesus bukan hanya berkuasa atas roh-roh jahat, tetapi khususnya kepedulian-Nya pada manusia. Ia mengizinkan roh-roh jahat yang merasuk dua orang Gadara itu pindah ke kawanan babi yang diternak oleh penduduk setempat (ayat 32). Bagi pemilik babi, kerugian besar yang dialami mereka tidak sebanding dengan merdekanya anggota masyarakat mereka dari belenggu roh jahat. Yesus sebaliknya, melihat jiwa-jiwa yang dikasihi Allah, perlu dimerdekakan dengan bayaran setinggi apa pun. Yesus tidak main-main dengan jiwa manusia! Diri-Nya pun rela dikurbankan demi pengampunan dosa dan keselamatan manusia: Anda dan saya!
Kalau Anda sudah mengalami Yesus serahkan Diri-Nya sebagai kurban untuk keselamatan Anda, pasti Anda dapat melihat hidup ini dari kaca mata kasih dan kedaulatan-Nya. Tidak ada bahaya apa pun yang perlu Anda takuti, seakan-akan Tuhan tidak sanggup atau tidak mau menolong Anda. Anda juga belajar melihat dan mengasihi jiwa-jiwa terhilang yang jauh lebih berharga daripada kekayaan dunia ini.
SH: Mat 8:23-34 - Pengalaman Iman Mengatasi Ketakutan (Senin, 23 Januari 2017) Pengalaman Iman Mengatasi Ketakutan
Bertolak ke seberang, daerah orang Gadara, membawa para murid Yesus mengalami dua pengalaman iman. Pertama, Yesus...
Pengalaman Iman Mengatasi Ketakutan
Bertolak ke seberang, daerah orang Gadara, membawa para murid Yesus mengalami dua pengalaman iman. Pertama, Yesus berkuasa atas angin ribut dan gelombang yang menakutkan. Kedua, menyembuhkan orang yang kerasukan setan.
Kuasa Yesus tidak hanya dinyatakan di tengah-tengah kaum Israel, tetapi juga di wilayah seberang. Ia tidak hanya menyembuhkan penyakit dan kelemahan, tetapi juga berkuasa atas alam dan setan. Perhatikan bahwa Yesus tidur dengan nyenyak saat perahu terombang-ambing oleh badai. Kondisi tersebut membuat para murid-Nya ketakutan. Dengan sabar Yesus membawa para murid-Nya menghadapi rasa takut, yaitu saat mereka mengira bahwa perahu tersebut akan karam oleh gelombang amukan gelombang danau. Di sini kita melihat bagaimana iman para murid Yesus bertumbuh melalui pengalaman. Ketakjuban melewati pengalaman itu menjadi pelajaran berharga bagi para murid Yesus.
Memang dunia yang kita tinggal ini bukanlah tempat yang aman dan ideal. Kuasa alam, setan, penyakit, kejahatan dapat merusak dan membinasakan hidup manusia. Namun, pengalaman iman bersama Yesus membuat hati para murid semakin yakin bahwa Tuhan Yesus itu Mahakuasa. Angin ribut dan gelombang tunduk pada diperintah-Nya. Kehadiran-Nya sudah membuat setan-setan meninggalkan orang yang dirasukinya.
Saat bersama Yesus, apakah pada saat ketakutan atau pun ketiadaan iman, datanglah kepada-Nya dan mintalah pertolongan Yesus, maka kuasa-Nya akan membuat kita takjub. Karena itu, pengalaman iman menjadi dasar terpenting bagi para murid Yesus untuk merumuskan pengakuan mereka mengenai siapakah Yesus itu.
Mari kita renungkan berapa banyak pengalaman iman saat kita berjalan bersama Yesus. Catatlah ada berapa banyak kasih karunia dan pertolongan-Nya dalam kehidupan kita. Karena itulah, kita patut mendoakan orang-orang yang sedang dalam kesulitan dan membutuhkan pertolongan Allah agar mereka mengalami Allah dalam hidup mereka. [YTP]
SH: Mat 8:28--9:8 - Jesus membebaskan manusia dari kuasa Setan. (Senin, 12 Januari 1998) Jesus membebaskan manusia dari kuasa Setan.
Setan-setan tahu dan mengenal, Yesus adalah Anak Allah. Mereka takut jika ditindak sebelum waktunya, lalu...
Jesus membebaskan manusia dari kuasa Setan.
Setan-setan tahu dan mengenal, Yesus adalah Anak Allah. Mereka takut jika ditindak sebelum waktunya, lalu memohon, agar diusir masuk pada kawanan babi.Yesus mengabulkan, karena Dia berkuasa, baik atas manusia, hewan maupun setan. Namun, kini pada zaman iptek yang canggih ini terjadi keanehan. Orang-orang pintar, beragama dan berilmu takluk dan taat kepada setan-setan; dan melakukan perintah-perintahnya, bahkan beribadah, memuja dan menyembahnya. Bagaimanakah usaha orang percaya, untuk memperkenalkan Yesus dan membebaskan mereka dari pemujaan yang membelenggu jiwa mereka?
Yesus lebih mengetahui kebutuhan kita. Tuhan Yesus memuji para sahabat yang membawa seorang lumpuh kepada-Nya, untuk disembuhkan. Yesus melihat kebutuhan terdalam dari si lumpuh, yakni kesembuhan jiwa yang lumpuh, karena dosa yang membelenggu, yang membuat tulang-tulangnya lesu dan sumsumnya menjadi kering (Mzm. 32:34). Pengampunan dosa membebaskan dan memulihkan jasmaninya, sehingga jiwanya menjadi sehat. Marilah kita belajar tidak menyimpan dosa. Segeralah datang kepada Yesus dan bertobat.
Doa: Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau lebih mencintai kami daripada kami mencintai diri kami sendiri. Amin.
SH: Mat 8:28--9:8 - Otoritas mutlak Yesus Kristus (Senin, 22 Januari 2001) Otoritas mutlak Yesus Kristus
Ketika Yesus tiba di
wilayah Gadara, sebuah wilayah di luar wilayah
orang Yahudi, dua orang yang dirasuki setan
mene...
Otoritas mutlak Yesus Kristus
Ketika Yesus tiba di wilayah Gadara, sebuah wilayah di luar wilayah orang Yahudi, dua orang yang dirasuki setan menemui-Nya. Di hadapan Yesus setan takluk jauh sebelum Yesus menyatakan kekuasaan-Nya, karena mereka mengenal siapa Yesus. Kedatangan mereka menemui Yesus adalah wujud pengakuan kekalahan, karena mereka kuatir Yesus akan menghancurkan mereka. Peristiwa itu menegaskan otoritas Yesus yang tidak terbatas wilayah atau bersifat universal hingga setan yang di luar wilayah Yahudi pun takluk kepada-Nya. Otoritas-Nya juga meliputi seluruh jagad raya ini sehingga untuk mencelakakan babi, setan harus meminta izin dari Yesus.
Yesus memang mempunyai otoritas atas setan dan seluruh fisik alam semesta. Namun apa istimewa- Nya? Bukankah banyak dukun dan orang berilmu lainnya yang dapat menaklukkan setan? Namun otoritas Yesus tetap melebihi para orang berilmu lainnya sebab Ia berkuasa mengampuni dosa. Dengan kata lain, Ia mampu menyelesaikan permasalahan manusia yang tidak akan pernah dapat manusia selesaikan sendiri sebab permasalahan ini melibatkan Allah sang Hakim yang Adil dan Kudus. Kuasa seperti itu hanya dimiliki oleh Allah. Karena itulah para ahli Taurat yang mendengar bahwa Yesus mengampuni dosa seorang lumpuh, mereka langsung beranggapan bahwa Yesus menghujat Allah karena Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Pengampunan dosa memang tidak dapat dibuktikan secara fisik, namun mukjizat penyembuhan itu membuktikan bahwa Yesus benar-benar Allah dan bahwa dosa si orang lumpuh sudah diampuni. Alasannya adalah jika Yesus benar-benar menghujat Allah seperti tuduhan para ahli Taurat, tentunya Ia berdosa. Dan jika Ia berdosa kepada Allah, dapatkah Ia membuat mukjizat untuk kemuliaan Allah? Jawabannya tidak! Ini berarti Yesus adalah benar-benar Allah.
Renungkan: Bagaimana seharusnya respons kita kepada Yesus? Janganlah seperti setan yang walaupun tunduk kepada Yesus namun tetap membenci-Nya, janganlah seperti orang-orang Gadara yang lebih memilih babi daripada Yesus, dan jangan pula seperti orang banyak yang sudah melihat mukjizat namun hanya mengenali Yesus sebagai manusia yang diberi kuasa oleh Allah. Pikirkan dan renungkan respons apa yang patut Anda berikan kepada Yesus Tuhan kita?
SH: Mat 8:28--9:8 - Yesus peduli dan berkuasa (Rabu, 19 Januari 2005) Yesus peduli dan berkuasa
Kita seringkali diperhadapkan pada dilema mengenai kepedulian
dan kemampuan/kuasa. Orang yang peduli seringkali tidak ...
Yesus peduli dan berkuasa
Kita seringkali diperhadapkan pada dilema mengenai kepedulian dan kemampuan/kuasa. Orang yang peduli seringkali tidak memiliki kekuatan atau kuasa untuk memberi pertolongan. Akan tetapi, orang yang memilikinya justru sama sekali tidak peduli.
Kita bersyukur bahwa Allah kita bukanlah Allah yang seperti ini. Dua perikop ini merupakan bagian dari serangkaian mukjizat yang dilakukan Yesus di dalam pelayanan-Nya sebagai Mesias (pasal 8-9). Di ayat 28 kita dapat melihat bahwa Yesus sengaja hadir di Gadara melewati jalan ke pekuburan. Padahal tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu karena di situ ada dua orang yang kerasukan roh-roh jahat. Mereka sangat berbahaya. Akan tetapi, Yesus justru datang dan menemui mereka. Kenyataan ini saja tidak mungkin tidak menyentuh hati kita. Yesus datang ke tempat yang tidak ingin didatangi siapa pun untuk menemui orang-orang yang tidak ingin didekati siapa pun. Bukan hanya itu, Yesus langsung dengan otoritas-Nya mengusir roh-roh jahat yang merasuk kedua orang itu (ayat 32). Roh-roh jahat tunduk kepada kuasa Yesus. Tindakan-Nya itu menunjukkan bahwa Dia peduli dan berkuasa. Pada perikop kedua, bukan hanya dalam masalah fisik Yesus peduli dan berkuasa menolong. Dia juga peduli atas masalah rohani manusia dengan mengampuni dosa orang lumpuh tersebut (ayat 9:6).
Otoritas Yesus atas penyakit, roh-roh jahat, dan alam memanggil orang untuk mengakui otoritas-Nya atas hidup mereka. Melalui mukjizat-mukjizat-Nya, Ia menyatakan diri sebagai satu-satunya Tuhan yang berdaulat atas hidup manusia, satu-satunya yang dapat menyelamatkan hidup kita dari segala belenggu yang mengikat dan menghancurkan hidup kita. Sungguh indah, bukan? Ia peduli, Ia datang, dan Ia memulihkan.
Ingat: Apa pun permasalahan hidup Anda, jangan pernah ragukan Yesus. Ia sanggup menolong Anda dan Ia mau melakukannya.
SH: Mat 8:28-34 - Lepas dari cengkeraman Iblis (Sabtu, 19 Januari 2013) Lepas dari cengkeraman Iblis
Permusuhan antara kebenaran dan kejahatan sudah terjadi sejak di taman Eden (Kej. 3:15) sampai kedatangan Yesus pertama ...
Lepas dari cengkeraman Iblis
Permusuhan antara kebenaran dan kejahatan sudah terjadi sejak di taman Eden (Kej. 3:15) sampai kedatangan Yesus pertama hingga masa kini di 2013 bahkan sampai kedatangan-Nya kedua kali. Iblis sebagai penghulu kuasa jahat berusaha merebut jiwa manusia untuk membinasakannya. Namun, Yesus datang untuk membebaskan manusia dari Iblis, dosa, dan maut. Di mata Allah setiap jiwa manusia sangat berharga, sehingga Dia mengutus Yesus mati disalib demi menyelamatkannya.
Penyelamatan dari Yesus bukan hanya untuk umat Israel, tetapi untuk semua bangsa. Yesus pergi ke Gadara, wilayah nonYahudi untuk menyelamatkan dua orang yang dirasuk setan. Yesus sengaja menemui kedua orang itu untuk membebaskan mereka dari siksa roh-roh jahat karena tidak ada kuasa lain yang dapat menolong mereka. Dengan otoritas-Nya sebagai Raja kerajaan surga, Ia memerintahkan setan untuk keluar dari kedua orang tersebut. Atas izin-Nya, roh-roh jahat itu masuk ke dalam kawanan babi yang kemudian terjun di danau, lalu binasa.
Berpindahnya roh jahat merasuk babi merupakan hal yang sepantasnya karena babi adalah kejijikan dan haram dalam Taurat Perjanjian Lama. Yesus seolah tak mempedulikan kerugian pemilik ternak babi itu demi keselamatan jiwa satu orang. Harga orang yang diselamatkan-Nya sekitar milyaran rupiah bila dihitung pada saat ini. Nyawa manusia tidak bisa dihitung dengan uang karena pelayanan akan satu jiwa menuntut harga kematian. Kematian Yesus disalib dengan darah tercurah bernilai jauh melebihi emas dan perak sedunia karena darah-Nya yang kudus dicurahkan untuk menebus umat pilihannya dari cengkeraman maut.
Demonstrasi kuasa Sang Raja kerajaan surga tidak dapat disangkali. Setiap orang harus merespons dengan benar. Matius tidak memberitahu kita respons kedua orang yang disembuhkan itu. Markus dan Lukas mencatat bahwa keduanya ingin mengikut Yesus. Namun, Yesus menugaskan mereka menjadi saksi Kristus di kota mereka. Respons penduduk kota menolak Yesus. Bagaimana respons Anda?
SH: Mat 8:28-34 - Apa yang Berharga Bagimu? (Rabu, 13 Januari 2021) Apa yang Berharga Bagimu?
Apakah yang paling bernilai dalam hidup kita? Harta atau jiwa manusia?
Ada dua orang yang kerasukan setan di Gadara. Merek...
Apa yang Berharga Bagimu?
Apakah yang paling bernilai dalam hidup kita? Harta atau jiwa manusia?
Ada dua orang yang kerasukan setan di Gadara. Mereka dipandang berbahaya oleh masyarakat karena melakukan tindakan-tindakan di luar kebiasaan yang baik (28, 29). Mereka tinggal di tempat yang tidak lazim, memiliki kekuatan yang tidak normal, menyakiti diri sendiri, mengalami sakit dan menjadi tidak normal. Keadaan yang seperti itu membuat orang-orang tidak berani mendekati mereka dan tidak berdaya untuk menolong.
Namun, ketika Yesus datang, setan-setan itu menjadi takut, sebab mereka tahu siapa Yesus dan apa yang dapat Yesus lakukan terhadap mereka. Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi. Dia berkuasa untuk menghakimi baik manusia maupun setan.
Setan-setan takut kepada Yesus dan tunduk pada perintah-Nya, tetapi ironisnya, manusia justru tidak. Setan-setan itu diusir oleh Yesus masuk ke dalam kawanan babi yang lalu terjun ke dalam danau hingga semuanya mati lemas. Seluruh penduduk Gadara mengusir Yesus karena menilai perbuatan ajaib yang Yesus kerjakan merugikan mereka. Saat itu terlihat, ternyata kawanan babi dinilai jauh lebih berharga daripada jiwa dua orang yang dirasuk setan.
Sering kali kita kehilangan kemampuan untuk melihat sesama kita sebagai pribadi yang sangat berharga di mata Allah. Kita lebih menghargai harta kekayaan yang fana. Sedangkan manusia--citra Allah--kita anggap rendah. Kita tidak peduli terhadap orang-orang yang terhilang karena perbuatan dosa mereka atau karena pekerjaan si jahat. Kita bahkan tidak peduli jika mereka nanti ada dalam kematian kekal.
Pandangan manusiawi kita ternyata sangat berbeda dari pandangan ilahi Tuhan Yesus. Bagi Tuhan Yesus, jiwa manusia sangat berharga. Jiwa manusia lebih bernilai daripada harta kekayaan apa pun di dunia ini. Oleh sebab itu, mari kita memohon ampun karena sering kali tidak peduli terhadap sesama manusia. Marilah kita menghargai manusia dengan melayani kebutuhan rohani mereka dan mendoakan mereka di hadapan Tuhan Yesus. [IVT]
TFTWMS -> Mat 8:28-34
TFTWMS: Mat 8:28-34 - Penyembuhan Dua Orang Yang Kerasukan Roh Jahat PENYEMBUHAN DUA ORANG YANG KERASUKAN ROH JAHAT (Matius 8:28-34)
28 Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua ...
PENYEMBUHAN DUA ORANG YANG KERASUKAN ROH JAHAT (Matius 8:28-34)
28 Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu. 29 Dan mereka itupun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" 30 Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. 31 Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." 32 Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. 33 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. 34 Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
Ayat 28. Waktu singkat Yesus untuk menjauh dari keramaian hampir tidak memberi ketenangan. Setelah menenangkan angin badai di Danau Galilea, Ia tiba dengan murid-murid-Nya di sisi lain danau itu dan segera mengalami pertemuan dramatis lainnya (lihat komentar tentang 8:18).
Tempat di mana Yesus merapat adalah daerah orang Gadara, sedangkan Markus dan Lukas menyebutnya "daerah orang Gerasa" (Mrk. 5:1; Luk. 8:26). Lewis berkomentar, "Naskahnya menunjukkan ketidakpastian mengenai nama lokasi itu—di seberang pantai Kapernaum—di mana Yesus sekarang berkunjung."4Tiga nama ditemukan dalam naskah kuno Yunani "Gerasa," "Gadara," dan "Gergesa."5Nama-nama ini mengacu kepada tiga tempat berbeda: Gerasa, Gadara, dan Gergesa.
(1) Gerasa, kini disebut "Jerash," adalah salah satu kota Dekapolis. Letaknya sekitar 56 kilometer selatan-tenggara Danau Galilea dan kemungkinan akan tidak cocok dengan gambaran yang diberikan dalam teks itu.
(2) Gadara, kota lain di Dekapolis, sekitar delapan kilometer sebelah tenggara Danau Galilea. Tempat itu diidentifikasi sebagai Umm Qeis di sisi selatan Sungai Yarmuk. Wilayahnya sepertinya mencapai laut, yang akan cocok dengan ungkapan Matius, "daerah orang Gadara." Gagasan ini didukung oleh acuan Josephus kepada "desa-desa milik Gadara … yang … terletak di perbatasan [Danau] Tiberias."6Pilihan ini adalah yang paling mungkin.
(3) Gergesa adalah kota di pantai timur danau itu. Banyak yang mengidentifikasi tempat ini dengan Kursi, yang terletak tepat di atas titik tengah dari bagian timur pantai itu. Dalam penggalian yang dilakukan pada 1970-an, sebuah desa abad pertama ditemukan, bersama dengan sebuah basilika abad kelima yang dibangun untuk memperingati mujizat ini.7
Sementara catatan Matius mengatakan bahwa Yesus berjumpa dengan dua orang yang kerasukan roh jahat di wilayah ini, Markus dan Lukas hanya menyebut satu orang (Mrk. 5:2; Luk. 8:27). Tak satu pun dari Injil-Injil ini menetapkan bahwa hanya ada satu orang, tetapi mereka berfokus pada satu orang yang memiliki satu legiun roh jahat dan yang tampaknya melakukan pembicaraan. Begitu juga halnya, Matius 20:30-34 menceritakan Yesus menyembuhkan dua orang buta di dekat Yerikho, sedangkan Markus dan Lukas menyebutkan hanya satu orang (Mrk. 10:46-52; Luk. 18:35-43). Tidak ada kepentingan khusus yang melekat pada perbedaan-perbedaan ini, kecuali mungkin bahwa Markus dan Lukas mencatat pertemuan yang lebih dramatis. Tidak mengherankan bahwa seseorang akan berkonsentrasi pada satu orang yang kerasukan roh jahat yang paling vokal.
Kedua orang ini kerasukan roh jahat, yaitu, dikendalikan oleh roh-roh jahat. Dalam Perjanjian Lama, kasus kerasukan roh jahat seperti itu jarang terjadi, jika memang pernah terjadi. Ada keraguan bahwa roh-roh jahat itu benar-benar "menguasai" orang-orang yang disebut itu (lihat Hak. 9:23; 1 Sam. 16:14-23). Hanya ada beberapa contoh yang dicatat di dalam Perjanjian Baru setelah empat Injil itu (Kisah 5:16; 8:7; 16:16-18; 19:11-16). Tentunya, seperti pendapat Morris, memang benar bahwa "dalam Alkitab kerasukan roh jahat adalah bagian dari kebangkitan kejahatan yang menentang Yesus dalam masa penjelmaan-Nya."8
Orang-orang yang kerasukan roh jahat hidup sebagai kelompok orang buangan yang berkeliaran di pekuburan, yang "penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran" (23:27). Mereka sangat kasar, dan hal itu membuat mustahil bagi siapa saja untuk melewati daerah itu. Warga kota telah mengisolasi mereka dan menahan mereka untuk mengendalikan ledakan kekerasan dan tindakan mereka, tetapi tidak berhasil (Mrk. 5:3, 4; Luk. 8:29). Setidaknya salah satu dari kedua orang itu terus menerus "berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu"(Mrk. 5:5). Markus mencatat bahwa orang yang malang itu dirasuki oleh seluruh pasukan roh jahat. Ketika Yesus menanyakan namanya, jawabannya adalah "Namaku Legion, karena kami banyak" (Mrk. 5:9). Satu legiun Romawi terdiri dari enam ribu prajurit, tapi itu tidak berarti bahwa orang itu dirasuki enam ribu roh jahat. Istilah "legion" akhirnya mengacu kepada sejumlah besar atau satu kumpulan yang besar.
Ayat 29. Setelah melihat Yesus, "berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya" (Mrk. 5:6). Kata Yunani yang ayat ini gunakan untuk "menyembah" (proskune÷w, proskuneō) dapat juga diterjemahkan "membungkuk," karena membungkuk adalah ungkapan umum dalam memberi hormat atau menunjukkan hormat (lihat komentar tentang 2:2). Dalam kasus ini, tindakan tersebut merupakan sikap tunduk roh-roh jahat itu ketimbang sikap pengabdian pada pihak orang itu.
Roh-roh jahat di dalam diri dua orang itu berseru, "Apa urusan-Mu dengan kami, …?" Mereka tidak ingin diganggu; mereka tidak ingin punya hubungan apa saja dengan Yesus. Pertanyaan serupa ditemukan di tempat lain di dalam Kitab Suci (Hak. 11:12; 2 Sam. 16:10; 19:22; 1 Raja 17:18; 2 Raja 3:13; 2 Taw. 35:21; Mrk. 1:24; Yoh. 2:4).
Ketiga Injil Sinoptik menulis bahwa roh-roh jahat itu percaya kepada Allah dan Yesus sebagai Anak Allah (8:29; Mrk. 5:7; Luk. 8:28). Rincian ini sesuai dengan pernyataan Yakobus bahwa "setan-setan juga percaya, dan gemetar" (Yak. 2:19). Rohroh jahat itu bukan hanya percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi mereka juga mengakui Dia sebagai Yang Kudus dari Allah (lihat Mrk. 1:24; 3:11; Luk. 4:41).
Roh-roh jahat itu menanya Yesus, "Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" Mereka tahu bahwa, di titik tertentu di masa depan, mereka akan dikirim ke tempat penyiksaan (lihat 25:41).
Mereka memohon Yesus untuk tidak mengirim mereka "masuk ke dalam jurang maut" (Luk. 8:31). "Jurang maut" adalah transliterasi kata Yunani a¡bussoß (abussos), yang berarti "kedalaman yang tak terukur." Itu mengacu kepada tempat di mana roh-roh jahat dikurung sampai penghakiman terakhir (lihat 2 Pet. 2:4; Yudas 6). Alkitab KJV biasanya menerjemahkan kata itu sebagai "lubang tanpa dasar." Jurang maut digambarkan dalam Wahyu sebagai lubang yang dalam, gelap yang dipenuhi dengan asap tebal dan makhluk-makhluk yang menakutkan. Tempat itu dirantai dan dikunci. Seorang malaikat Allah dipercayakan memegang kunci, mengontrol siapa yang masuk dan yang keluar (Wahyu 9:1, 2, 11; 11:7; 17:8; 20:1, 3). Roh-roh jahat itu takut bahwa Yesus akan melemparkan mereka ke dalam jurang maut, menghukum mereka sebelum waktu yang ditentukan.
Ayat 30. Tidak beberapa jauh dari Yesus dan orang-orang yang kerasukan roh jahat, sejumlah besar babi sedang mencari makan atau "merumput" (AB). Kawanan babi itu "kira-kira dua ribu jumlahnya" (Mrk. 5:13).Wilayah ini sebagian dihuni oleh orang non-Yahudi (Siria),9yang pasti jauh lebih bersedia untuk memelihara babi daripada orang-orang Yahudi (lihat komentar tentang 7:6). Sebuah tradisi rabi Yahudi mengatakan bahwa, di tanah Israel, orang Yahudi "tidak beternak babi di mana saja."10
Ayat 31, 32. Roh-roh jahat itu tidak hanya mengenali Yesus sebagai Anak Allah (8:29), mereka juga tahu bahwa Ia memiliki kuasa untuk mengusir mereka keluar. Mereka memohon Yesus, "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." Donald A. Hagner telah memberi nasihat yang berharga:
Pada titik ini pembaca pasti akan mengajukan pertanyaan tentang teks itu yang komentator kurang siap untuk menjawabnya, pertanyaan seperti, Mengapakah roh-roh jahat itu membuat permintaan ini (ay. 31)? Mengapakah Yesus menuruti permintaan mereka (ay. 32)? Dan bagaimanakah nasib roh-roh jahat itu ketika kawanan babi itu tenggelam (ay. 32)? Dalam pertanyaan ini dan yang lainnya seperti itu, tanpa pengetahuan tentang dunia mental dan metafisika roh-roh jahat, spekulasi merupakan satu-satunya jalan keluar.11
Permintaan roh-roh jahat itu untuk menghuni kawanan babi itu kemungkinan suatu upaya untuk menghindari jurang maut. Menghuni babi bahkan lebih baik daripada dikurung! Matius 12:43-45 tampaknya juga menunjukkan bahwa roh-roh jahat itu tidak bisa beristirahat sampai mereka menghuni suatu tubuh. Namun begitu, unsur yang menakutkan bisa saja mengintai dalam permintaan mereka yang tampaknya lugu itu. Apakah mereka memiliki keinginan merusak sebelum meminta masuk ke dalam kawanan babi itu? Bisakah keinginan mereka selama ini adalah untuk menghancurkan kawanan besar babi ini, karena mereka tahu bahwa tindakan seperti itu akan membuat penduduk itu menentang Yesus? Apakah niat mereka itu seperti itu atau bukan, yang pasti itulah hasilnya.
Dengan satu kata perintah, yang sederhana dari Tuhan, "Pergilah!" Roh-roh jahat itu masuk ke dalam babi-babi itu. Reaksinya adalah dramatis ketika babi-babi gila itu dengan liarnya bergegas menuruni tebing curam terjun ke dalam laut dan tenggelam. Apa yang terjadi dengan roh-roh jahat sesudahnya, kita tidak tahu. Tentang ini kita bisa yakin: Karena mereka adalah makhluk rohaniah yang jahat, mereka tidak bisa dibinasakan dengan penenggelaman. Jika mereka tahu mereka bisa dibinasakan dengan cara seperti itu, mereka tidak akan mendorong babi-babi itu ke dalam laut. Meski sifat roh-roh jahat itu adalah merusak, namun mereka tidak merusak diri sendiri.
Ayat 33. Para penjaga itu jelas bukan pemiliknya, tetapi orang sewaan yang diberi tanggung jawab untuk memelihara kawanan besar babi itu bagi para pemiliknya. Karena wilayah ini adalah wilayah non-Yahudi, babi-babi itu kemungkinan besar adalah milik orang-orang kaya non-Yahudi yang mempekerjakan orang lain untuk memelihara babi-babi itu.
Para penjaga itu, yang tidak diragukan lagi panik atas apa yang baru saja terjadi, melarikan diri, dan masuk ke kota dan menceritakan semuanya. Tentu saja mereka tidak mau menanggung tanggung jawab keuangan bagi sejumlah besar babi yang baru saja binasa. Para penjaga itu juga menginformasikan orang-orang itu tentang apa yang telah terjadi pada dua orang yang kerasukan roh-roh jahat.
Ayat 34. Laporan dari para penjaga itu menimbulkan kehebohan besar, dan seluruh kota keluar untuk menemui Yesus. Apakah yang orang-orang itu lihat ketika mereka mendapatkan Dia? Orang yang menjadi perhatian Markus—tidak diragukan lagi bersama dengan yang lainnya—sedang "duduk, sudah berpakaian dan sudah waras" (Mrk. 5:15). Sama seperti Yesus telah meredakan amukan badai (8:26), Ia juga membawa kedamaian bagi kehidupan dua orang yang keras dan kasar ini.
Setelah penduduk itu menghampiri Yesus secara langsung, mereka memohon Dia untuk meninggalkan wilayah mereka. Sementara beberapa orang percaya bahwa penduduk itu marah karena kehilangan banyak babi, catatan Markus menunjukkan alasan lain bagi keprihatinan mereka: "Maka takutlah mereka" terhadap kekuatan luar biasa Yesus (Mrk. 5:15). Mereka tidak bisa membantah kecuali menerima kesaksian para penjaga itu ketika mereka melihat orang yang sebelumnya kerasukan roh-roh jahat— dan kemungkinan besar bangkai-bangkai babi yang mengambang di laut.
Markus juga mencatat bahwa orang yang baru saja disembuhkan menanya Yesus apakah ia boleh "mneyertai Dia" (Mrk. 5:18). Tuhan menjawab, "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" (Mrk. 5:19). Akibatnya, orang itu "pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran" (Mrk. 5:20).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Roh-Roh Jahat (Matius 8:28-34)
Banyak saran telah diberikan untuk menjelaskan asal-usul roh-roh jahat. Beberapa orang percaya bahwa mereka adalah ro...
Roh-Roh Jahat (Matius 8:28-34)
Banyak saran telah diberikan untuk menjelaskan asal-usul roh-roh jahat. Beberapa orang percaya bahwa mereka adalah roh-roh dari orang-orang jahat yang menghantui bumi. Namun begitu, tidak pernah ada satu contoh tentang roh orang yang datang kembali untuk menghuni tubuh orang lain. Yang lain percaya bahwa mereka adalah makhluk yang Allah ciptakan untuk melakukan pekerjaan jahat. Pandangan ini harus ditolak sebab pada awalnya semua yang Allah ciptakan adalah "baik" (Kej 1:31). Mungkin jawaban yang paling logis adalah bahwa mereka adalah malaikat yang jatuh (2 Pet. 2:4; Yudas 6) yang berada di bawah kepemimpinan Iblis (12:24; 25:41; Mrk. 3:22, 23).
Satu hal yang menonjol dalam mempelajari roh-roh jahat adalah bahwa kerasukan roh jahat secara eksklusif merupakan fenomena Perjanjian Baru. Dulu ada disinggung tentang "roh jahat" yang meneror Raja Saul (1 Sam. 16:14-23). Apa pun ini, secara dramatis hal itu berbeda dari kerasukan roh dalam Perjanjian Baru. Tidak ada satu contoh dalam Perjanjian Lama di mana roh jahat menguasai tubuh seseorang.
Allah pasti sudah membolehkan roh-roh jahat itu menghuni tubuh manusia selama periode mujizatiah abad pertama yang menunjukkan superioritas kekuasaan-Nya atas Iblis itu. Meski kerasukan roh jahat disebut dalam empat Injil dan Kisah Para Rasul, namun tidak ada penyebutan tentang itu dalam kitab-kitab selanjutnya Perjanjian Baru. Kesimpulan logisnya adalah bahwa ketika kuasa untuk mengusir roh-roh jahat sudah tidak ada lagi, maka roh-roh jahat itu tidak lagi dizinkan untuk menghuni tubuh manusia.
Istilah "mengusir" (ejxorki¿zw, exorkizō), yang berarti "mengusir dengan sihir," tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru dengan acuan kepada pengusiran roh-roh jahat. Istilah itu mengacu kepada ritual jampa-jampi yang dirancang untuk mengusir keluar roh-roh jahat dari diri seseorang yang diyakini sedang dirasuki. Pengusiran roh jahat sekarang ini digunakan oleh banyak penipu untuk menipu uang orang-orang yang tidak tahu dan tidak curiga.
Beberapa orang percaya bahwa sekarang ini roh-roh jahat masih mendiami tubuh manusia. Lynn A. McMillon menjelaskan, Kasus-kasus kerasukan roh-roh jahat kadang-kadang dilaporkan oleh para misionaris denominasi dan oleh para sosiolog yang meneliti negara-negara yang terbelakang secara budaya. Pelbagai cerita kerasukan biasanya datang dari daerah-daerah terpencil seperti Cina, India, Kalimantan, dan Afrika. Para psikolog sosial mengamati bahwa kejadian kerasukan roh jahat menurun secara drastis bersama dengan naiknya tingkat peradaban dan pendidikan sehingga orang berharap untuk menemukan lebih banyak kasus kerasukan di tempat-tempat yang minus secara budaya dan pendidikan daripada di masyarakat-masyarakat yang teknologinya sangat lebih maju. Di tempat-tempat di mana kerasukan roh jahat diterima, itu menjadi penjelasan bagi berbagai bentuk perilaku menyimpang. Fakta ini membantu menetapkan bahwa lingkungan budaya bertanggung jawab dalam menghasilkan "kerasukan" dan kepercayaan kepada kerasukan.16
Sekarang ini roh-roh jahat tidak dibolehkan menghuni tubuh manusia. Namun begitu, pengaruh mereka masih terlihat di dalam dunia, dan harus dilawan (Yaks 4:7, 8).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 8:23-9:8
KUMPULAN KEDUA MUJIZAT
Matius 8:23-9:8 mengungkapkan tiga mujizat yang Yesus adakan. Ini mencakup peredaan angin b...
Matius: KUASA SANG RAJA 8:23-9:8
KUMPULAN KEDUA MUJIZAT
Matius 8:23-9:8 mengungkapkan tiga mujizat yang Yesus adakan. Ini mencakup peredaan angin badai (8:23-27), penyembuhan dua orang kerasukan roh jahat (8:28-34), dan penyembuhan orang lumpuh (9:1-8). Kisah-kisah itu menggambarkan kuasa Yesus atas alam, roh-roh jahat, dan penyakit jasmani. Semua kisah dicampur dengan iman dan keraguan, penerimaan dan penolakan.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 78.
2 Matthew H...
Catatan Akhir:
- 1 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 78.
- 2 Matthew Henry, Commentary on the Whole Bible (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 1243.
- 3 D. A. Carson, When Jesus Confronts the World: An Exposition of Matthew 8-10 (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1987), 50.
- 4 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 129.
- 5 Alkitab NIV memasukkan catatan kaki dalam setiap ayat Suci-Matius 8:28' Markus 5:1; dan Lukas 8:26-dengan menyebutkan dua nama tempat lainnya.
- 6 Josephus Life 9.42.
- 7 Lihat Vassilios Tzaferis, "A Pilgrimage to the Site of the Swine Miracle," Biblical Archaeology Review 15 (March-April 1989): 44-51.
- 8 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. Eerdmans Publishing Co., 1992), 208.
- 9 Josephus Wars 3.3.5.
- 10 Mishnah Baba Kamma 7.7.
- 11 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 227.
- 12 Lihat Talmud Shabbath 55a; Mishnah Sotah 1.7, 8.
- 13 Talmud Nedarim 41a.
- 14 Morris, 216.
- 15 Mounce, 82.
- 16 Lynn A. McMillon, Doctrines of Demons (Nashville: Gospel Advocate Co., 1975), 98.
Pengarang: Sellers Crain HakCipta © 2013 pada Truth for Today Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Mujizat (Matius 8)
"Mujizat" adalah "suatu peristiwa yang tidak bisa dijelaskan oleh hukum-hukum alam sehingga sumbernya dianggap gaib...
Mujizat (Matius 8)
"Mujizat" adalah "suatu peristiwa yang tidak bisa dijelaskan oleh hukum-hukum alam sehingga sumbernya dianggap gaib atau suatu tindakan Allah."26C. S. Lewis mengidentifikasi "mujizat" sebagai "gangguan alam oleh kekuatan supranatural."27
Satu definisi yang lebih lengkap ditemukan dalam The Westminster Dictionary of the Bible:
Dalam arti Alkitabiah yang paling sempit, mujizat adalah peristiwa di dunia luar, diadakan oleh kekuatan langsung dari Allah dan dimaksudkan sebagai tanda atau pengesahan. Mujizat itu dimungkinkan karena Allah menopang, mengontrol, dan memandu segala sesuatu, bersifat personal dan mahakuasa.28
Dalam catatan Alkitab, Allah sesekali menyisihkan hukum alam dan, oleh kuasa ilahi-Nya, melakukan tindakan di luar hukum itu. Karena mujizat Alkitabiah telah berakhir (lihat 1 Kor. 13:8-10), mereka yang sekarang ini mengaku melakukan mujizat seperti itu adalah penipu dan menipu diri sendiri.
Mujizat diberikan kepada para rasul dan beberapa orang lain pada abad pertama untuk tujuan meneguhkan berita yang mereka sampaikan (Mrk. 16:17-20; Ibr. 2:2-4). Beberapa orang bersikeras bahwa hari ini mujizat masih diperlukan untuk meyakinkan orang bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Yohanes menulis bahwa segala mujizat yang dicatat dalam Alkitab adalah cukup untuk menghasilkan iman yang menyelamatkan (Yoh. 20:30, 31). Iman timbul karena mendengarkan Firman Allah (Rom. 10:17), bukan karena melihat mujizat. Banyak dari mereka yang melihat mujizat Kristus tidak percaya (12:22-24). Allah masih bekerja hari ini, tetapi Ia melakukannya dengan penyediaan ilahi melalui tatanan alam yang Ia ciptakan.
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi